Ketika Sakit Telah Menimpa Kita

Ketika Sakit Telah Menimpa Kita
Sakit itu bisa menimpa siapa saja, baik tua maupun muda, besar maupun kecil, laki - laki maupun perempuan. Dan kondisi yang dihadapinya pun mirip, apapun jenis penyakitnya. Teringat masa kecil di musholla, saat pak kyai menceritakan tentang utusan Allah untuk mengambil 4 perkara kepada orang yang sakit. Konon kisahnya termaktub dalam kitab Irsyadul ‘Ibad. Apa gerangan yang diambil dari orang yang sakit?

Pertama, Nafsu Makan
Dalam kondisi sehat, kita bisa makan dengan lahap meski rasanya rada - rada tidak jelas sekalipun. Tapi dalam kondisi sakit, bahkan makanan lezatpun kita tidak tertarik untuk memakannya. Kesalahan bukan ada pada makanannya, tapi pada lidah kita yang terasa pahit serta selera makan kita yang memang tengah diambil. Lucunya, kita seringkali mengirimi aneka makanan yang lezat kepada orang yang tengah sakit. Sedang dalam kondisi sehat, jarang kita berbagi lauk, sayuran dan hantaran terkecuali dalam kondisi mau ada hajatan keluarga.

Nafsu makan ini akan dikembalikan lagi saat kondisinya pulih dari sakit. Karena itu, kembalinya nafsu makan adalah salah satu pertanda akan kembali sehat. Lalu bagaimana dengan orang yang sakit tapi nafsu makannya tetap besar? Hm,.. Mungkin karena sakitnya belum parah.

Kedua, Kekuatannya
Dalam kondisi sehat, kita bisa melakukan pekerjaan berat yang menguras tenaga, pikiran dan psikologis. Kita bisa memindahkan barang - barang yang bobotnya jauh lebih berat dari tubuh kita. Kita bisa melakukan pekerjaan yang seharusnya dipikul oleh beberapa orang sekaligus. Tapi saat sakit, bahkan kita pun tak kuasa untuk berdiri dan menahan beban tubuh. Dimana - mana, orang sakit itu kondisinya lemah dan tak bertenaga.
Kekuatan ini akan dikembalikan lagi saat sondisinya sembuh dari sakit. Karena itu, tenaga yang mulai bangkit juga menjadi pertanda akan segera sehat. Lalu bagaimana dengan orang yang sakit tapi tenaganya tetap kuat? Hm,.. Mungkin dia memang punya baterai energi cadangan didalam tubuhnya.

Ketiga, Keceriaan di Wajahnya
Dalam kondisi sehat, kita mudah untuk tersenyum dan tertawa riang. Baik menertawakan diri maupun menertawakan orang lain. Bahkan kita bisa tertawa untuk perkara yang tidak lucu sekalipun. Wajah kita sangat ekspresif, perilaku kita sangat atraktif. Tapi saat kita sakit, wajah lebih sering dihiasi dengan kemurungan. Berat sekali bagi mulit untuk tertawa lepas meski sudah disajikan hiburan lucu dan cerita konyol.

Keceriaan di wajah ini akan dikembaikan lagi saat kita sehat. Wajah kita kembali periang, mudah tertawa dan kadang senang berdendang. Lalu bagaimana dengan orang sakit tapi masih senang tertawa cekikikan? Hm,.. Mungkin jiwanya yang sedang sakit

Keempat, Dosanya
Orang yang sakit, dosanya diambil. Ketika sembuh, dosanya tidak dikembalikan. Karena sakit dan kepayahan yang diderita oleh kita adalah sebagai kafarat atas dosa. Sebagaimana wasiat nabi “Maa min muslimin yushiibuhu adzan illa hattallaahu ‘anhu khaathaayaahu kamaa tahaattu waraqusy syajari”. Betul, dosanya akan berguguran sebagaimana dedaunan pohon asalkan dijalani dengan sabar dan tetap berhusnudzan kepada Allah ta‘ala.

Khusus bagi mereka yang terbiasa beramal ibadah, ada nikmat tambahan dari Allah. Yakni bonus pahala amal meski tidak melakukannya. Sebagaimana wasiat nabi “Idza maridhal ‘abdu au safar, kutiba lahu maakaana ya’malu shahiihan, muqiiman”. Inilah salah satu karunia besar bagi mereka yang istiqamah beramal. Yakni tetal dicatat amalnya, sebagaimana amal yang biasa dilakukan selama dia sehat. Ibaratnya meski terbaring dirumah sakit tapi gajinya jalan terus sebagaimana saat dia bekerja dalam.kondisi sehat.
Khatimah

Apa saja dalam dunia ini berstatus sebagai ujian, bisa jadi anugrah bisa pula jadi bencana. Bergantung dari bagaimana kita mensikapinya. Dan bagi orang muslim, sakit itu adalah anugrah. Hadapilah dengan kesabaran. Jika perlu dengan kesyukuran. Bersyukur saat mendapat nikmat dan bersabar saat mendapat ujian, itu sudah biasa. Bersabar saat mendapat nikmat dan bersyukur saat mendapat ujian, itu baru tidak biasa. Wallahu a’lam. (Kala Kita Sakit oleh : Eko Jun)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Ketika Sakit Telah Menimpa Kita"

Post a Comment